Survei menemukan bahwa seiring melonjaknya penggunaan media sosial, perilaku yang kasar dan tidak sopan pun meningkat.
Survei
menunjukkan bahwa orang-orang semakin kasar di media sosial dan dua
dari lima pengguna mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
(Foto: Ilustrasi)
10.04.2013
LONDON — Sikap kasar dan saling melempar
hinaan merusak pertemanan di Internet, dibuktikan oleh sebuah survei
yang menunjukkan bahwa orang-orang semakin kasar di media sosial dan dua
dari lima pengguna mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
Seiring melonjaknya penggunaan media sosial, survei tersebut menemukan bahwa perilaku kasar pun meningkat, dengan 78 persen dari 2.698 orang melaporkan peningkatan sikap kasar di Internet dan orang-orang tidak ragu bersikap tidak sopan di dunia maya dibandingkan di dunia nyata.
Satu dari lima orang telah mengurangi pertemuan langsung dengan seseorang yang mereka kenal di dunia nyata setelah berhubungan di Internet.
Joseph Grenny, salah satu direktur firma pelatihan korporat VitalSmarts yang melakukan survei yang hasilnya diumumkan Rabu (10/4), mengatakan bahwa perseteruan di Internet sekarang sering merembet ke dunia nyata dengan 19 persen orang memblokir atau menendang seseorang dari jaringan media sosial mereka karena pertengkaran virtual.
"Dunia telah berubah dan sejumlah signifikan hubungan terbentuk di dunia maya namun kesopanan tidak berbanding lurus dengan teknologi," ujar Grenny saat merilis survei yang dilakukan selama tiga minggu pada Februari itu.
"Yang sangat mengejutkan adalah begitu banyak orang tidak senang dengan perilaku ini namun orang-orang masih melakukannya. Mengapa Anda mengata-ngatai orang lain di Internet namun tidak ke wajahnya secara langsung?"
Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 67 persen orang dewasa di dunia maya di Amerika Serikat menggunakan situs-situs jaringan sosial dengan Facebook sebagai yang terpopuler, sementara lebih dari setengah orang Inggris memiliki akun Facebook.
Survei tersebut mengikuti pertengkaran-pertengkaran yang sangat terpublikasi antara orang-orang di dunia maya.
Pemain sepakbola Inggris Joey Barton, dipanggil oleh komite etik federasi sepakbola Perancis setelah menyebut pemain belakang Paris St Germain, Thiago Silva "overweight ladyboy (banci gendut)" di Twitter.
Petinju Curtis Woodhouse mendapat pujian secara luas setelah ia menemukan seorang pengguna Twitter yang menyebutnya "aib" dan "lelucon" setelah kekalahannya, lalu pergi ke rumahnya untuk memaksanya meminta maaf.
Grenny mengatakan bahwa para responden survei memiliki kisah-kisah tersendiri seperti anggota keluarga yang tidak mau lagi berbicara setelah pertengkaran di Internet ketika seorang pria memasang foto memalukan saudara perempuannya, menolak menghapuskannya, dan malah menyebarkannya ke semua kontak.
Ketegangan di tempat kerja juga seringkali berasal dari pembicaraan di forum perbincangan ketika para pekerja membicarakan kolega lain secara negatif.
"Orang-orang sepertinya sadar bahwa pembicaraan-pembicaraan penting seperti itu tidak seharusnya dilakukan di media sosial. Namun seperti ada dorongan untuk mengeluarkan emosi saat itu juga dan melalui kenyamanan situs-situs ini," ujar Grenny.
Grenny menyarankan tekanan sebaya diperlukan untuk mendorong perilaku yang benar di dunia maya jika orang berlaku di luar batas.
Ia mengatakan ada tiga aturan yang dapat memperbaiki perbincangan di dunia maya, yaitu menghindari monolog, mengganti kata-kata yang malas dan menghakimi, serta tidak menyerang secara personal terutama jika emosi sedang naik.
“Ketika membaca respon terhadap tulisan Anda di Internet dan Anda merasa pembicaraan menjadi terlalu emosional untuk pertukaran di dunia maya, Anda benar. Berhenti saja. Lakukan hal itu di dunia nyata, atau lebih baik lagi, bicarakan secara langsung," ujarnya.
Seiring melonjaknya penggunaan media sosial, survei tersebut menemukan bahwa perilaku kasar pun meningkat, dengan 78 persen dari 2.698 orang melaporkan peningkatan sikap kasar di Internet dan orang-orang tidak ragu bersikap tidak sopan di dunia maya dibandingkan di dunia nyata.
Satu dari lima orang telah mengurangi pertemuan langsung dengan seseorang yang mereka kenal di dunia nyata setelah berhubungan di Internet.
Joseph Grenny, salah satu direktur firma pelatihan korporat VitalSmarts yang melakukan survei yang hasilnya diumumkan Rabu (10/4), mengatakan bahwa perseteruan di Internet sekarang sering merembet ke dunia nyata dengan 19 persen orang memblokir atau menendang seseorang dari jaringan media sosial mereka karena pertengkaran virtual.
"Dunia telah berubah dan sejumlah signifikan hubungan terbentuk di dunia maya namun kesopanan tidak berbanding lurus dengan teknologi," ujar Grenny saat merilis survei yang dilakukan selama tiga minggu pada Februari itu.
"Yang sangat mengejutkan adalah begitu banyak orang tidak senang dengan perilaku ini namun orang-orang masih melakukannya. Mengapa Anda mengata-ngatai orang lain di Internet namun tidak ke wajahnya secara langsung?"
Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 67 persen orang dewasa di dunia maya di Amerika Serikat menggunakan situs-situs jaringan sosial dengan Facebook sebagai yang terpopuler, sementara lebih dari setengah orang Inggris memiliki akun Facebook.
Survei tersebut mengikuti pertengkaran-pertengkaran yang sangat terpublikasi antara orang-orang di dunia maya.
Pemain sepakbola Inggris Joey Barton, dipanggil oleh komite etik federasi sepakbola Perancis setelah menyebut pemain belakang Paris St Germain, Thiago Silva "overweight ladyboy (banci gendut)" di Twitter.
Petinju Curtis Woodhouse mendapat pujian secara luas setelah ia menemukan seorang pengguna Twitter yang menyebutnya "aib" dan "lelucon" setelah kekalahannya, lalu pergi ke rumahnya untuk memaksanya meminta maaf.
Grenny mengatakan bahwa para responden survei memiliki kisah-kisah tersendiri seperti anggota keluarga yang tidak mau lagi berbicara setelah pertengkaran di Internet ketika seorang pria memasang foto memalukan saudara perempuannya, menolak menghapuskannya, dan malah menyebarkannya ke semua kontak.
Ketegangan di tempat kerja juga seringkali berasal dari pembicaraan di forum perbincangan ketika para pekerja membicarakan kolega lain secara negatif.
"Orang-orang sepertinya sadar bahwa pembicaraan-pembicaraan penting seperti itu tidak seharusnya dilakukan di media sosial. Namun seperti ada dorongan untuk mengeluarkan emosi saat itu juga dan melalui kenyamanan situs-situs ini," ujar Grenny.
Grenny menyarankan tekanan sebaya diperlukan untuk mendorong perilaku yang benar di dunia maya jika orang berlaku di luar batas.
Ia mengatakan ada tiga aturan yang dapat memperbaiki perbincangan di dunia maya, yaitu menghindari monolog, mengganti kata-kata yang malas dan menghakimi, serta tidak menyerang secara personal terutama jika emosi sedang naik.
“Ketika membaca respon terhadap tulisan Anda di Internet dan Anda merasa pembicaraan menjadi terlalu emosional untuk pertukaran di dunia maya, Anda benar. Berhenti saja. Lakukan hal itu di dunia nyata, atau lebih baik lagi, bicarakan secara langsung," ujarnya.
Sumber : VOA Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar