Meski dianggap
jauh dari sempurna, laman penerjemah bahasa seperti Google Translate
telah menyentuh bahkan mengubah hidup banyak orang.
Perempuan
keluarga Smith, dari kiri ke kanan, ibu Niki Smith, GiGi, 3, Macy Jade,
7 dan Guan Ya, 14, menggunakan Google Translate untuk berkomunikasi di
rumah mereka di Mississippi. (AP/Rogelio V. Solis)
08.04.2013
MOUNTAIN VIEW, CALIFORNIA — Laman Google
Translate bisa digunakan untuk menerjemahkan kalimat bahasa asing yang
tidak dimengerti. Atau bagi Phillip dan Niki Smith di daerah pedesaan
Mississippi, laman itu bisa menjadi alat menyelamatkan anak yatim piatu
di China.
Saat ini Google mencatat miliaran terjemahan setiap hari, sebanyak teks yang dapat ditemukan di satu juta buku, untuk memahami mulai dari menu sekolah sampai pengumpulan intelijen keamanan nasional. Laman ini menerjemahkan ke dalam 65 bahasa, dari Afrikaans sampai Yiddish, dan dapat digunakan di laman-laman lain, dengan pengenalan suara dan sebagai aplikasi telepon selular bahkan saat tidak ada koneksi Internet.
Meski teknologinya masih berkembang, ahli penerjemah Google Franz Och merasa bahagia mendengar bagaimana pasangan Smith dan anak perempuan mereka yang berumur 14 tahun, Guan Ya, tinggal bersama dan saling berkomunikasi hampir secara eksklusif lewat Google Translate.
"Setiap hari saya melihat algoritma dan rasanya senang sekali melihat (laman ini) bisa menyentuh hidup orang banyak,” ujarnya.
Pasangan Smith pertama kali melihat Guan Ya kurang dari setahun yang lalu saat Niki melihat foto anak-anak yatim piatu yang belum mendapat orangtua angkat di Internet. Karena sudah memiliki tiga orang anak, termasuk anak perempuan berusia tiga tahun yang diadopsi dari China, ia tidak berniat menambah anggota keluarga lagi. Sampai ia melihat Guan Ya.
“Saya merasa ia anak saya sejak pertama kali melihatnya di Internet,” ujarnya.
Namun kendala dalam mengadopsi Guan Ya cukup besar. Pertama, tinggal beberapa bulan lagi ia akan menginjak 14 tahun, atau usia yang tidak diperkenankan untuk diadopsi oleh pemerintah China. Selain itu, Guan tak hanya tidak bisa berbahasa Inggris, ia pun bisu dan tuli.
Pasangan Smith tidak patah semangat. Lewat bantuan pemerintah China dan AS, mereka menerobos birokrasi dengan serentetan formulir dan surat elektronik lewat penerjemah-penerjemah daring (online). Sampai suatu hari, Niki menerima surat elektronik dari Guan dalam bahasa China dan huruf kanji.
Di sanalah Google Translate berperan, dan dimulailah percakapan yang menghangatkan hati di antara keduanya mengenai cinta, keluarga dan kehidupan.
“Alat ini membuat ikatan di antara kami lebih mudah dibentuk,” ujar Niki.
Terjemahan mesin bermula pada akhir Perang Dunia II, ketika para pembuat kode menyadari bahwa ilmu membaca sandi dalam beberapa hal merupakan masalah matematika. Pada 1949, ilmuwan berpengaruh Warren Weaver menciptakan dalil yang membentuk jalan bagi linguistik komputasional: Sebuah teorema yang dapat dikembangkan untuk mengurai struktur logis bahasa.
Namun hampir 65 tahun sejak Weaver menulis bahwa “sepertinya masalah terjemahan dapat diselesaikan dengan mudah,” terjemahan mesin masih jauh dari sempurna.
Sebuah tim beranggotakan peneliti-peneliti dari Afrika Selatan di Pusat Bahasa Matieland baru-baru ini menerbitkan sebuah studi yang membandingkan dokumen-dokumen yang diterjemahkan antara Bahasa Afrikaans dan Bahasa Inggris oleh penerjemah-penerjemah profesional dan oleh Google Translate.
Hasilnya bahkan tidak mendekati. Untuk penerjemahan mesin, “kualitasnya masih di bawah standar, dan teks-teks yang dihasilkan memerlukan penyuntingan yang ekstensif supaya memenuhi fungsinya,” menurut studi tersebut.
“Masyarakat umum mengira Anda dapat memasukkan segalanya pada alat penerjemah dan ia akan memberikan semua yang diperlukan. Namun, tentu saja itu tidak benar,” ujar Jamie Lucero, yang mengepalai program penerjemahan dan interpretasi di Bellevue College di Bellevue, Washington.
Ia mengatakan bahwa untuk penerjemahan kualitas tinggi, literatur, materi pemasaran atau sintaks yang kompleks, penerjemah manusia masih penting. Namun mesin-mesin sangat membantu, ujarnya, “bagi orang yang hanya ingin maksudnya sampai.”
Dan ia mengatakan beberapa penerjemah mesin lebih baik dari yang lainnya.
Meski translate.google.com memimpin pasar, www.bing.com/translator dari Microsoft menawarkan layanan gratis serupa dengan 41 bahasa yang menurut para pengguna mengungguli Google untuk penggunaan bahasa dalam teknologi tinggi dan perangkat lunak.
WorldLingo sekarang ini muncul sebagai pemimpin untuk penerjemah berbayar dengan penerjemah mesin dan profesional dalam lebih dari 140 bahasa, bagi mereka yang memerlukan akurasi.
Namun terjemahan mana pun merupakan lompatan yang besar dalam komunikasi, ujar Jennifer Uman, yang turut menulis buku anak-anak “Jemmy Button,” bersama mitranya Valerio Vidali dari Italia, yang diterbitkan minggu ini. Mereka bertemu dan berkomunikasi selama hampir lima tahun untuk proyek ini nyaris secara eksklusif lewat Google Translate.
Awalnya, ujarnya, terjemahan yang muncul sangat aneh. Saat Uman menulis, “Itu terlihat bagus,” terjemahan yang dibaca oleh Vidali adalah “Saya membangkitkan banyak ilusi.”
“Namun setelah bertahun-tahun Google Translate membaik dan komunikasi kami juga lebih baik. Kami jadi lebih memahami bagaimana menggunakannya dan hal ini memungkinkan kerja sama kami terus berjalan,” ujarnya.
Blogger dari Angola Rosie Alves, yang meluncurkan blog puitis dan terkadang vulgar "Sweet Cliche" setahun yang lalu, bingung ketika ia melihat bahwa satu dari empat pembacanya berasal dari AS. Ia menulis blog dari kota asalnya Luanda dengan Bahasa Portugis, dan mendapat kunjungan 18.959 sampai saat ini.
Dalam sebuah pertukaran surat elektronik dengan kantor berita The Associated Press, ia menggunakan Google Translate untuk menjawab pertanyaan.
“Meski tidak 100 persen aman, laman ini bagus. Bagian terbaiknya adalah mengetahui ada orang-orang yang tertarik dengan apa yang saya tulis dan menggunakan penerjemah Google untuk memahami tulisan-tulisan saya,” ujarnya.
Sekitar 14.500 kilometer dari tempatnya, di markas besar Google di Mountain View, Och mengatakan ia berharap bisa meluncurkan layanan terjemahan untuk beberapa bahasa India, termasuk Malayalam, bahasa resmi negara bagian Kerala yang dipakai oleh jutaan orang. Timnya terdiri dari ilmuwan komputer dan pemrogram, bukan linguis. Dan tidak ada staf berbahasa Yiddish, Basque atau Latin yang bisa dimintai pertolongan di kantor.
Sebagai gantinya, algoritma yang terus berubah mendeteksi pola dalam teks yang sudah pernah diterjemahkan manusia, jadi lebih banyak “data” yang ada dalam bentuk buku dan dokumen, lebih akurat penerjemahannya. Ketika sistem memiliki cukup presisi, mereka akan meluncurkannya kepada publik.
Ada beberapa program yang diluncurkan lebih awal dari semestinya. Ketika Iran jatuh ke dalam krisis pemilihan umum pada 2009, Google merilis penerjemah Bahasa Persia, dengan catatan bahwa “program masih terus berkembang.” Dan beberapa hari setelah gempa besar di Haiti pada 2010, mereka meluncurkan penerjemah Bahasa Haiti Creole yang, meski memiliki beberapa kesalahan, dipakai secara luas oleh petugas penyelamat dan pemberi bantuan.
Minggu lalu di sebuah pasar swalayan di Rienzi, Mississippi, seorang ibu dan anak saling mengoper iPhone sambil menelusuri lorong-lorng, membahas apa yang mereka akan masak untuk makan malam. Saat itu hanya beberapa minggu setelah mereka bertemu muka secara langsung, sejak Guan Ya mengirim surat elektronik: “Tidak, saya tidak pernah berbelanja. Kamu tidak perlu membawakan saya apapun. Saya tidak tahu apa yang saya suka. Tapi saya suka cokelat. Kamu sudah sampai di China? Saya tidak akan takut. Saya sangat bahagia.”
Ketika mereka bertemu, ia memberitahu orangtuanya bahwa lebih dari apapun, ia ingin dapat mendengar. Dan beberapa dokter di Mississippi sudah menyarankan bahwa alat bantu dengar dan operasi implan koklea di telinga dapat membantu.
Dalam surat-surat pertamanya, dan sampai hari ini, kedua ibu anak itu saling bertukar tiga kata Bahasa Inggris berisikan delapan huruf, dan tiga huruf kanji dengan serangkaian garis dan lekukan, yang paling berarti bagi mereka: “I love you! (Aku cinta kamu)”. (AP/Martha Mendoza)
Saat ini Google mencatat miliaran terjemahan setiap hari, sebanyak teks yang dapat ditemukan di satu juta buku, untuk memahami mulai dari menu sekolah sampai pengumpulan intelijen keamanan nasional. Laman ini menerjemahkan ke dalam 65 bahasa, dari Afrikaans sampai Yiddish, dan dapat digunakan di laman-laman lain, dengan pengenalan suara dan sebagai aplikasi telepon selular bahkan saat tidak ada koneksi Internet.
Meski teknologinya masih berkembang, ahli penerjemah Google Franz Och merasa bahagia mendengar bagaimana pasangan Smith dan anak perempuan mereka yang berumur 14 tahun, Guan Ya, tinggal bersama dan saling berkomunikasi hampir secara eksklusif lewat Google Translate.
"Setiap hari saya melihat algoritma dan rasanya senang sekali melihat (laman ini) bisa menyentuh hidup orang banyak,” ujarnya.
Pasangan Smith pertama kali melihat Guan Ya kurang dari setahun yang lalu saat Niki melihat foto anak-anak yatim piatu yang belum mendapat orangtua angkat di Internet. Karena sudah memiliki tiga orang anak, termasuk anak perempuan berusia tiga tahun yang diadopsi dari China, ia tidak berniat menambah anggota keluarga lagi. Sampai ia melihat Guan Ya.
“Saya merasa ia anak saya sejak pertama kali melihatnya di Internet,” ujarnya.
Namun kendala dalam mengadopsi Guan Ya cukup besar. Pertama, tinggal beberapa bulan lagi ia akan menginjak 14 tahun, atau usia yang tidak diperkenankan untuk diadopsi oleh pemerintah China. Selain itu, Guan tak hanya tidak bisa berbahasa Inggris, ia pun bisu dan tuli.
Pasangan Smith tidak patah semangat. Lewat bantuan pemerintah China dan AS, mereka menerobos birokrasi dengan serentetan formulir dan surat elektronik lewat penerjemah-penerjemah daring (online). Sampai suatu hari, Niki menerima surat elektronik dari Guan dalam bahasa China dan huruf kanji.
Di sanalah Google Translate berperan, dan dimulailah percakapan yang menghangatkan hati di antara keduanya mengenai cinta, keluarga dan kehidupan.
“Alat ini membuat ikatan di antara kami lebih mudah dibentuk,” ujar Niki.
Terjemahan mesin bermula pada akhir Perang Dunia II, ketika para pembuat kode menyadari bahwa ilmu membaca sandi dalam beberapa hal merupakan masalah matematika. Pada 1949, ilmuwan berpengaruh Warren Weaver menciptakan dalil yang membentuk jalan bagi linguistik komputasional: Sebuah teorema yang dapat dikembangkan untuk mengurai struktur logis bahasa.
Namun hampir 65 tahun sejak Weaver menulis bahwa “sepertinya masalah terjemahan dapat diselesaikan dengan mudah,” terjemahan mesin masih jauh dari sempurna.
Sebuah tim beranggotakan peneliti-peneliti dari Afrika Selatan di Pusat Bahasa Matieland baru-baru ini menerbitkan sebuah studi yang membandingkan dokumen-dokumen yang diterjemahkan antara Bahasa Afrikaans dan Bahasa Inggris oleh penerjemah-penerjemah profesional dan oleh Google Translate.
Hasilnya bahkan tidak mendekati. Untuk penerjemahan mesin, “kualitasnya masih di bawah standar, dan teks-teks yang dihasilkan memerlukan penyuntingan yang ekstensif supaya memenuhi fungsinya,” menurut studi tersebut.
“Masyarakat umum mengira Anda dapat memasukkan segalanya pada alat penerjemah dan ia akan memberikan semua yang diperlukan. Namun, tentu saja itu tidak benar,” ujar Jamie Lucero, yang mengepalai program penerjemahan dan interpretasi di Bellevue College di Bellevue, Washington.
Ia mengatakan bahwa untuk penerjemahan kualitas tinggi, literatur, materi pemasaran atau sintaks yang kompleks, penerjemah manusia masih penting. Namun mesin-mesin sangat membantu, ujarnya, “bagi orang yang hanya ingin maksudnya sampai.”
Dan ia mengatakan beberapa penerjemah mesin lebih baik dari yang lainnya.
Meski translate.google.com memimpin pasar, www.bing.com/translator dari Microsoft menawarkan layanan gratis serupa dengan 41 bahasa yang menurut para pengguna mengungguli Google untuk penggunaan bahasa dalam teknologi tinggi dan perangkat lunak.
WorldLingo sekarang ini muncul sebagai pemimpin untuk penerjemah berbayar dengan penerjemah mesin dan profesional dalam lebih dari 140 bahasa, bagi mereka yang memerlukan akurasi.
Namun terjemahan mana pun merupakan lompatan yang besar dalam komunikasi, ujar Jennifer Uman, yang turut menulis buku anak-anak “Jemmy Button,” bersama mitranya Valerio Vidali dari Italia, yang diterbitkan minggu ini. Mereka bertemu dan berkomunikasi selama hampir lima tahun untuk proyek ini nyaris secara eksklusif lewat Google Translate.
Awalnya, ujarnya, terjemahan yang muncul sangat aneh. Saat Uman menulis, “Itu terlihat bagus,” terjemahan yang dibaca oleh Vidali adalah “Saya membangkitkan banyak ilusi.”
“Namun setelah bertahun-tahun Google Translate membaik dan komunikasi kami juga lebih baik. Kami jadi lebih memahami bagaimana menggunakannya dan hal ini memungkinkan kerja sama kami terus berjalan,” ujarnya.
Blogger dari Angola Rosie Alves, yang meluncurkan blog puitis dan terkadang vulgar "Sweet Cliche" setahun yang lalu, bingung ketika ia melihat bahwa satu dari empat pembacanya berasal dari AS. Ia menulis blog dari kota asalnya Luanda dengan Bahasa Portugis, dan mendapat kunjungan 18.959 sampai saat ini.
Dalam sebuah pertukaran surat elektronik dengan kantor berita The Associated Press, ia menggunakan Google Translate untuk menjawab pertanyaan.
“Meski tidak 100 persen aman, laman ini bagus. Bagian terbaiknya adalah mengetahui ada orang-orang yang tertarik dengan apa yang saya tulis dan menggunakan penerjemah Google untuk memahami tulisan-tulisan saya,” ujarnya.
Sekitar 14.500 kilometer dari tempatnya, di markas besar Google di Mountain View, Och mengatakan ia berharap bisa meluncurkan layanan terjemahan untuk beberapa bahasa India, termasuk Malayalam, bahasa resmi negara bagian Kerala yang dipakai oleh jutaan orang. Timnya terdiri dari ilmuwan komputer dan pemrogram, bukan linguis. Dan tidak ada staf berbahasa Yiddish, Basque atau Latin yang bisa dimintai pertolongan di kantor.
Sebagai gantinya, algoritma yang terus berubah mendeteksi pola dalam teks yang sudah pernah diterjemahkan manusia, jadi lebih banyak “data” yang ada dalam bentuk buku dan dokumen, lebih akurat penerjemahannya. Ketika sistem memiliki cukup presisi, mereka akan meluncurkannya kepada publik.
Ada beberapa program yang diluncurkan lebih awal dari semestinya. Ketika Iran jatuh ke dalam krisis pemilihan umum pada 2009, Google merilis penerjemah Bahasa Persia, dengan catatan bahwa “program masih terus berkembang.” Dan beberapa hari setelah gempa besar di Haiti pada 2010, mereka meluncurkan penerjemah Bahasa Haiti Creole yang, meski memiliki beberapa kesalahan, dipakai secara luas oleh petugas penyelamat dan pemberi bantuan.
Minggu lalu di sebuah pasar swalayan di Rienzi, Mississippi, seorang ibu dan anak saling mengoper iPhone sambil menelusuri lorong-lorng, membahas apa yang mereka akan masak untuk makan malam. Saat itu hanya beberapa minggu setelah mereka bertemu muka secara langsung, sejak Guan Ya mengirim surat elektronik: “Tidak, saya tidak pernah berbelanja. Kamu tidak perlu membawakan saya apapun. Saya tidak tahu apa yang saya suka. Tapi saya suka cokelat. Kamu sudah sampai di China? Saya tidak akan takut. Saya sangat bahagia.”
Ketika mereka bertemu, ia memberitahu orangtuanya bahwa lebih dari apapun, ia ingin dapat mendengar. Dan beberapa dokter di Mississippi sudah menyarankan bahwa alat bantu dengar dan operasi implan koklea di telinga dapat membantu.
Dalam surat-surat pertamanya, dan sampai hari ini, kedua ibu anak itu saling bertukar tiga kata Bahasa Inggris berisikan delapan huruf, dan tiga huruf kanji dengan serangkaian garis dan lekukan, yang paling berarti bagi mereka: “I love you! (Aku cinta kamu)”. (AP/Martha Mendoza)
Sumber : VOA Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar