Rabu, 10 April 2013

AMBEG ADIL PARAMARTA

Secara ringkas “ambeg adil paramarta” adalah sifar kepemimpinan yang adil dan bijaksana, mengutamakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan umum. Marilah kita kembali kepada janturan Ki Dhalang, dalam menggambarkan sifat seorang raja yang “adil paramarta” sehingga negaranya menjadi kaeka adi dasa purwa, panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah tata tentrem kertaraharja”. Inilah sifat-sifat sang raja yang disampaikan Ki Dhalang. Kalimatnya tidak harus sama dengan yang ditulis di bawah ini, tapi isinya sama:
1. Pranyata ratu ambeg tanuhita, darmahita, samahita, sarahita. Tegesipun karem ulah kapandhitan, remen ulah pangadilan, marsudi rehing tatakrami, remen ulah kaprajuritan. Marma kinacek sasamining ratu, luhur tan ngungkul-ungkuli, andhap tan keni ingungkulan. Ratu amiguna ing aguna, tan ngendhak gunaning janma.
Penjelasannya sebagai berikut:
TANUHITA: “karem ulah kapandithan”, seperti pendeta yang memiliki keutamaan, halus dan welas asih
DARMAHITA: “Remen ulah pangadilan” artinya senantiasa menegakkan aturan dan undang-undang
SAMAHITA: “Marsudi rehing tatakrami”, Mengedepankan tatakrama  dan tidak membeda-bedakan manusia
SARAHITA:: “Remen ulah kaprajuritan”. Mengerti gelar perang, mampu menggunakan senjata dan sakti. Sehingga layaklah kalau seorang raja juga disebut “senapati ing ngalaga” atau panglima perang.
LUHUR TAN NGUNGKUL-UNGKULI, ANDHAP TAN KENI INGUNGKULAN: Luhur tetapi tidak berlebih-lebihan, rendah hati tetapi tidak dapat disepelekan
TAN NGENDHAK GUNANING JANMA: Senantiasa menghargai orang lain walaupun orang itu kelihatannya biasa-biasa saja, karena tiap orang punya kelebihan-masing-masing.
Selanjutnya Ki Dhalang meneruskan tuturnya:
2. Dene lelabuhaning nata, paring sandhang wong kawudan, asung pangan wong kaluwen, aweh banyu wong kasatan, paring teken wong kalunyon, asung kudhung  wong kepanasen, aweh payung wong kodanan, karya sukaning prihatin, maluyakaken wong kang nandang sakit
Penjelasannya sebagai berikut:
Adapun yang dilakukan raja, memberi pakaian orang yang telanjang, memberi makan orang yang kelaparan, memberi air orang yang kehausan, memberi tongkat orang yang berjalan di tempat licin, memberi tudung orang kepanasan, memberi payung orang kehujanan, menghibur orang yang prihatin, menyembuhkan orang yang sakit, sera melaksanakan Sama, Beda, Dana dan Denda
Kalimat serupa, adalah: “Menehana teken marang wong kang wuta. Menehana mangan marang wong kang luwe. Menehana busana wong kang wuda. Menehana ngiyup wong kang kudanan” dapat dibaca pada PiwulangSunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan
Kalimat selanjutnya adalah:
3. Lampahing pangadilan nindakaken Sama Beda Dana Dhenda, adedasar dana wesiasat, lire datan ambaukapine, lamun sampun leresing kapidana boten mawi wigih. Senadyan garwa putra myang santana sayekti papatrapan  ing pamisesa.
Adapun SAMA, BEDA, DANA dan DHENDA, sebagai “four in one” dikenal sebagai CATUR PRAJA WICAKSANA, empat sifat yang perlu dimiliki pemimpin bijaksana. Secara sederhana artinya semua orang diperlakukan sama, tidak dibeda-bedakan, yang benar di beri  ganjaran yang salah didenda. Penjelasannya ada pada kalimat berikutnya:
ADEDASAR DANA WESIASAT, lire DATAN AMBAUKAPINE: (Dana: ganjaran; wesiasat: hukuman badan; Baukapine: berat sebelah). Jadi artinya: Yang benar dapat ganjaran dan yang salah diberi hukuman badan. Bahasa yang populer sekarang ini adalah berdasar “reward and punishment”. Kalau memang salah ya dihukum, tidak pandang bulu istri, anak atau keluarga.
Masih ada lagi yang dikatakan Ki Dhalang:
4. Sang nata mahambeg berbudi bawa laksana. Lire berbudi tansah angganjar ngulawisudha, dene bawalaksana sedaya ingkang kadhawuhan boten kenging oncat, tetep kalampahan”
Penjelasannya sebagai berikut:
BERBUDI: Luber budinya, artinya suka membantu sesama, suka memberi ganjaran kepada kawulanya. Budinya ibarat air yang meluap, mendinginkan dan menyegarkan kehidupan masyarakat.
BAWALAKSANA: Artinya yang diucapkan (bawa)  harus dilaksanakan. Tidak ada janji kosong atau omong kosong. Dalam ungkapan lain dikatakan: Sabda Pandhita Ratu. (Mohon dibaca posting: Berbudi bawalaksana)
Apa yang diucapkan dalam janturan ini, merupakan sifat-sifat kepemimpinan yang perlu diingatkan kembali kepada para muda sebagai generasi penerus. Memang ini hanya negara dalam dunia wayang. Apa ada di dunia nyata? Wayang artinya “ayang-ayang” atau bayang-bayang. Jadi sifat ini hendaknya bisa menjadi bayang-bayang yang setia mengikuti kita yang dipercaya memimpin walaupun pada unit paling kecil sekalipun (IwMM)
Sumber : Iwan Muljono 

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...