Secara
ringkas “ambeg adil paramarta” adalah
sifar kepemimpinan yang adil dan bijaksana, mengutamakan kesejahteraan rakyat
dan kepentingan umum. Marilah kita kembali kepada janturan Ki Dhalang, dalam
menggambarkan sifat seorang raja yang “adil
paramarta” sehingga negaranya menjadi “kaeka adi dasa purwa, panjang punjung pasir wukir loh jinawi, gemah ripah tata tentrem kertaraharja”. Inilah sifat-sifat sang raja yang disampaikan Ki Dhalang.
Kalimatnya tidak harus sama dengan yang ditulis di bawah ini, tapi isinya
sama:
1. Pranyata ratu ambeg tanuhita,
darmahita, samahita, sarahita. Tegesipun karem ulah kapandhitan, remen ulah
pangadilan, marsudi rehing tatakrami, remen ulah kaprajuritan. Marma kinacek
sasamining ratu, luhur tan ngungkul-ungkuli, andhap tan keni ingungkulan. Ratu
amiguna ing aguna, tan ngendhak gunaning janma.
Penjelasannya
sebagai berikut:
TANUHITA:
“karem ulah kapandithan”, seperti
pendeta yang memiliki keutamaan, halus dan welas asih
DARMAHITA:
“Remen ulah pangadilan” artinya
senantiasa menegakkan aturan dan undang-undang
SAMAHITA:
“Marsudi rehing tatakrami”, Mengedepankan
tatakrama dan tidak membeda-bedakan
manusia
SARAHITA::
“Remen ulah kaprajuritan”. Mengerti
gelar perang, mampu menggunakan senjata dan sakti. Sehingga layaklah kalau
seorang raja juga disebut “senapati ing ngalaga” atau panglima perang.
LUHUR
TAN NGUNGKUL-UNGKULI, ANDHAP TAN KENI INGUNGKULAN: Luhur tetapi tidak
berlebih-lebihan, rendah hati tetapi tidak dapat disepelekan
TAN
NGENDHAK GUNANING JANMA: Senantiasa menghargai orang lain walaupun orang itu kelihatannya
biasa-biasa saja, karena tiap orang punya kelebihan-masing-masing.
Selanjutnya
Ki Dhalang meneruskan tuturnya:
2. Dene lelabuhaning
nata, paring sandhang wong kawudan, asung pangan wong kaluwen, aweh banyu wong
kasatan, paring teken wong kalunyon, asung kudhung wong kepanasen, aweh payung wong kodanan,
karya sukaning prihatin, maluyakaken wong kang nandang sakit
Penjelasannya
sebagai berikut:
Adapun
yang dilakukan raja, memberi pakaian orang yang telanjang, memberi makan orang
yang kelaparan, memberi air orang yang kehausan, memberi tongkat orang yang
berjalan di tempat licin, memberi tudung orang kepanasan, memberi payung orang
kehujanan, menghibur orang yang prihatin, menyembuhkan orang yang sakit, sera
melaksanakan Sama, Beda, Dana dan Denda
Kalimat
serupa, adalah: “Menehana teken marang
wong kang wuta. Menehana mangan marang wong kang luwe. Menehana busana wong
kang wuda. Menehana ngiyup wong kang kudanan” dapat dibaca pada PiwulangSunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan
Kalimat
selanjutnya adalah:
3. Lampahing pangadilan
nindakaken Sama Beda Dana Dhenda, adedasar dana wesiasat, lire datan
ambaukapine, lamun sampun leresing kapidana boten mawi wigih. Senadyan garwa putra
myang santana sayekti papatrapan ing
pamisesa.
Adapun
SAMA, BEDA, DANA dan DHENDA, sebagai “four
in one” dikenal sebagai CATUR PRAJA
WICAKSANA, empat sifat yang perlu dimiliki pemimpin bijaksana. Secara
sederhana artinya semua orang diperlakukan sama, tidak dibeda-bedakan, yang
benar di beri ganjaran yang salah
didenda. Penjelasannya ada pada kalimat berikutnya:
ADEDASAR
DANA WESIASAT, lire DATAN AMBAUKAPINE: (Dana: ganjaran; wesiasat: hukuman
badan; Baukapine: berat sebelah). Jadi artinya: Yang benar dapat ganjaran dan
yang salah diberi hukuman badan. Bahasa yang populer sekarang ini adalah
berdasar “reward and punishment”. Kalau memang salah ya dihukum, tidak pandang
bulu istri, anak atau keluarga.
Masih
ada lagi yang dikatakan Ki Dhalang:
4. Sang nata mahambeg
berbudi bawa laksana. Lire berbudi tansah angganjar ngulawisudha, dene bawalaksana
sedaya ingkang kadhawuhan boten kenging oncat, tetep kalampahan”
Penjelasannya
sebagai berikut:
BERBUDI:
Luber budinya, artinya suka membantu sesama, suka memberi ganjaran kepada
kawulanya. Budinya ibarat air yang meluap, mendinginkan dan menyegarkan
kehidupan masyarakat.
BAWALAKSANA:
Artinya yang diucapkan (bawa) harus
dilaksanakan. Tidak ada janji kosong atau omong kosong. Dalam ungkapan lain
dikatakan: Sabda Pandhita Ratu.
(Mohon dibaca posting: Berbudi bawalaksana)
Apa
yang diucapkan dalam janturan ini, merupakan sifat-sifat kepemimpinan
yang perlu diingatkan kembali kepada para muda sebagai generasi penerus. Memang
ini hanya negara dalam dunia wayang. Apa ada di dunia nyata? Wayang artinya “ayang-ayang” atau bayang-bayang. Jadi
sifat ini hendaknya bisa menjadi bayang-bayang yang setia mengikuti kita yang
dipercaya memimpin walaupun pada unit paling kecil sekalipun (IwMM)
Sumber : Iwan Muljono
0 komentar:
Posting Komentar